Minggu, 02 Maret 2008

Pengampunan "Forgiveness"

PENGAMPUNAN itu menyatakan sesuatu dengan kuasa kasih Allah yang dapat menyembuhkan mereka orang yang bersalah.

DEFINISI :


Pengampunan itu bagaikan penghapusan suatu catatan dari seseorang yang bersalah dan memilih hidup dengan kelanjutan hidup dari suatu akibat pelanggaran.
Kata utama dalam Kitab Suci untuk pengampunan adalah aphesis, yang bermakna membubarkan, melepas atau mengampuni. Kata aphesis berasal dari turunan akar kata aphiemi yang artinya mengirim atau mengusir.
Aphiemi adalah kata yang juga digunakan oleh Tuhan Yesus waktu Ia berkata: “Ampuni kesalahan kami seperti kami mengampuni orang yang bersalah kepadaku.” (Mat.6:12)
Kata Yunani untuk pengampunan adalah charizomai. Kata ini berarti melakukan sesuatu yang menyenangkan atau dapat disetujui; melakukan yang berkenan; memberi dengan murah, memberi dengan leluasa.” Kata-kata ini biasa digunakan oleh Paulus dalam tulisan-tulisannya,”Tetapi hendaklah kamu ramah terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah didalam Kristus telah mengampuni kamu.” (Ef.4:32)

MENGAPA PENGAMPUNAN BEGITU PENTING?

Ada akibat-akibat yang sangat serius bagi seseorang yang menolak untuk mengampuni orang yang bersalah. Telah tercatat hal-hal serius terjadi pada perkara jasmani, mental, emosi dan rohani seseorang yang menolak untuk mengampuni :
• Kita tidak mendapat pengampunan! Tuhan Yesus berkata,”Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu di Sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.” (Mat.6:14-15).
• Kita tersiksa. Saat seorang hamba yang diampuni punya hutang yang besar tapi menolak mengampuni sesamanya atas hutang yang jauh lebih kecil daripadanya, Tuhan berkata, ”Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonkannya kepadaku. Bukankah engkau sendiri harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau? Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh hutang-hutangnya. Maka BapaKu yang di Sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masingtidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu.” (Mat.18:32-35).
• Kita tercemar. Saat kita bersalah, sesungguhnya Allah memberi kasih karunia mengampuni pelanggaran kita. Jadi kita diminta “Berusaha hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan. Jagalah supaya jangan ada seorangpun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang.” (Ibr.12:14-15).
• Kita sedang merusak kesehatan kita sendiri. Pada waktu kita menolak mengampuni orang yang bersalah, kita sendiri tidak akan mampu menelaah dengan tepat meja Tuhan. “Sebab itu banyak diantara kamu yang lemah dan sakit, dan tidak sedikit yang meninggal.” (1 Kor.11:30) baca ulang juga Mat.6:14-15 yang diatas.

BAGAIMANA PENGAMPUNAN BERKAITAN DENGAN MAAF

Jika seseorang membunuh salah satu anggota keluarga kita, kita ini harus mengampuni orang itu. Bagaimanapun, kita tidak memiliki otoritas member maaf, karena kita juga tak memiliki otoritas menghukum orang yang bersalah. Jadi, tanpa pengampunan kitapun orang itu akan menanggung hukuman akibat perbuatannya itu. Pengampunan yang kita berikan itu menghapus segala catatan orang yang bersalah serta untuk memulihkan hubungan kita dengan Sorga. Bagaimanapun, benih-benih penghancuran boleh jadi berlanjut yang memiliki akibat yang fatal bagi orang yang yang bersalah tersebut.
Setelah Daud berbuat zinah dengan menghampiri Batseba serta merancang pembunuhan atas suaminya, ia bertobat. Lalu “Nathan berkata kepada Daud:”Tuhan telah menjauhkan dosamu itu: engkau tidak akan mati” (2 Sam.12:13) Dosa Daud memang diampuni, namun ada akibat oleh sebab perbuatannya itu “Beginilah firman Tuhan: Bahwasanya malapetaka akan Kutimpakan atasmu yang datang dari kaum keluargamu sendiri. Aku akan mengambil isteri-isterimu didepan matamu dan memberikannya pada orang lain” (2 Sam.12:11)

BAGAIMANA KITA BELAJAR MENGAMPUNI

Apabila orang ditanya yang andaikan ia dapat mengingat seseorang yang menyakiti hatinya begitu dalam atau bersalah pada mereka, mereka biasanya menjawab,”Ya!” waktu ditanya adakah mereka sudah mengampuni. Namun pertanyaan berikut selayaknya diajukan, adakah orang ini telah sepenuh-penuhnya mengampuni?
Kegagalan mengampuni menghasilkan kepahitan! Dan kepahitan itu adalah seperti penyakit lepra! Mereka yang mengidap lepra pasti kehilangan syaraf rasa nyeri; mereka itu tidak waspada atas situasi dan keadaan yang sedang menyakiti dirinya sendiri. Begitulah juga orang yang mengidap kepahitan amat tidak peka apakah kata-kata, sikap dan perbuatannya itu menyakiti orang lain atau tidak, sebab ia sendiri tidak sensitive lagi!
Untuk memotivasi umatNya mengampuni, Allah menggunakan perintah-perintah, perbandingan-perbandingan dan konsep-konsep.

PERINTAH-PERINTAH UNTUK MENGAMPUNI

• Ef.4:32. Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus mengampuni kamu.
• Kol.3:13. Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.
• Luk 6:37. Janganlah kamu menghakimi, maka kamupun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamupun tidak akan dihukum; ampunilah maka kamu akan diampuni.
• Luk 17:3. Jagalah dirimu! Jikalau saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia, dan jikalau ia menyesal, ampunilah dia.


KONSEP DALAM MEMAHAMI PENGAMPUNAN

• Memohon belaskasihan vs memohon kesempatan. Hamba yang menolak mengampuni sesamanya yang berhutang sedikit, yang dimana ia sendiri telah dilepaskan dari hutang yang besar ia tidak mampu memberi belaskasihan, karena ia sendiri tidak memintanya. Ia memohon sebagai gantinya kesempatan lagi,”katanya: Sabarlah dulu, segala hutangku akan kulunaskan” (Mat.18:26) Tuan yang bijaksana akhirnya menyerahkan kepada algojo-algojo di penjara yang menyadarkan dia bahwa ia tak pernah mampu mengembalikan hutang-hutangnya. Kecuali kemudian dia akan memintakan belas pengasihan grasi serta akan menaruh belas pengasihan terhadap sesamanya. (Luk.7:41-48)
• Hati nurani yang murni vs Bereaksi keras. Sewaktu Daud mendengar kasus orang yang mengambil domba peliharaan tetangganya demi tamu si orang kaya, Daud menjadi marah dan memerlukan penghukuman yang ekstrim. Aturan yang berlaku hanya membutuhkan 4 ekor domba sebagai ganjaran orang yang berbuat demikian. Kita lihat Daud tidak mampu menyatakan keadilan ataupun belas kasihan, karena dia sendiri berdosa dalam pelanggaran yang sejenis. Saat kita menjadi keras dalam memvonis sesama kita, sesungguhnya kita kena vonis yang sama sebab kita melakukan pelanggaran yang sama pula. Lihat Rom.2:1-3
• Memiliki tujuan kasih ilahi vs Memiliki tujuan balas dendam. Ada tiga langkah bagi setiap kita untuk menerima kuasa Roh Allah. Yang pertama adalah menjadi penuh dengan Roh Kudus, dimana kita menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat pribadi kita lalu meminta kepada Bapa dan Yesus Pembaptis dengan Roh itu untuk memenuhkan kita. (Rom.8:15; Luk.11:13; Ef.5:18) “Kamu menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah” “Apalagi Bapamu yang di Sorga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepadaNya” “Hendaklah kamu penuh dengan Roh” Langkah yang kedua adalah sedia dipimpin Roh sebagaimana Yesus mengalami tuntunan ke padang gurun dan Paulus juga memberitahukan jika ia senang dan rela di dalam kelemahan dan di dalam siksaan, di dalam kesukaran dan di dalam penganiayaan serta kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika ia lemah maka ia kuat. Begitupun bila kita mau dan rela mengucap syukur di dalam setiap cobaan dan penderitaan karena kebenaran Firman serta berseru kepada Tuhan. Saat kita dapat melampaui semua ujian dalam pimpinan Roh, kita dapat mengalami kuasa Roh Allah yang memancarkan kasih, sukacita dan damai sejahtera. Pola ini diilustrasikan dalam kehidupan Kristus yang Ia dipenuhi Roh dan dipimpin Roh ke padang gurun lalu Dia kembali didalam kuasa Roh. (Luk.4:1-14) Urutan seperti inipun ada pada setiap kita. Pertama, kita dipanggil untuk menjadi kudus dan berdedikasi hidup kita kepada Tuhan. (Rom.12:1-2) Kedua, kita dipanggil untuk menderita. (Fil.3:10) Ketiga, kita dipanggil kepada kemuliaan kuasa Allah atas hidup kita. (1 Pet.5:10) “Dan Allah, sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaanNya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita seketika lamanya” Kemuliaan itu mengikuti penderitaan. Sebagai contoh,”Berbahagialah kamu bila kamu dinista karena nama Kristus, sebab Roh Kemuliaan, yaitu Roh Allah ada padamu” (I Pet.4:14) Jikalau hal sedemikian tidak kita pahami, setan bisa memanfaatkannya demi supaya kita mengalami kepahitan yang membuat kita sulit memberi pengampunan dan membuat kerusakan hidup kita.
• Pembangunan tubuh Kristus vs menceraikan umat. Paulus menerangkan bahwa setiap orang percaya itu ada anggota tubuhNya yang terhubung satu dengan yang lainnya. Jadi bila kita menolak mengampuni saudara kita sendiri yang se-dna, kita sedang menolak mengampuni diri sendiri. Pengakuan saudara seiman yang se-dna sebagai anggota tubuh Kristus ditujukan terhadap panggilan Jamuan Kudus Meja Tuhan. Mereka yang menyangkali konsep ini sebetulnya tidak mengakui tubuh Tuhan,”Jadi barangsiapa dengan cara tidak layak makan roti atau minum cawan Tuhan, ia berdosa terhadap tubuh dan darah Tuhan. Karena itu hendaklah tiap-tiap orang menguji dirinya sendiri dan baru setelah itu makan roti dan minum dari cawan itu. Karena barangsiapa makan dan minum tanpa tubuh Tuhan, ia mendatangkan hukuman atas dirinya. Sebab itu banyak diantara kamu yang lemah dan sakit, dan tidak sedikit yang meninggal” (1 Kor.11:27-30).
• Memiliki persekutuan melalui perderitaan vs kelemahan. Paulus berbicara tentang kuasa kebangkitan yang tersedia untuk semua orang percaya yang ingin melanjutkan perjalanan iman melalui penderitaan.”Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitanNya dan persekutuan dalam penderitaanNya, dimana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematianNya” (Fil.3:10) Semua orang percaya dipanggil untuk mati terhadap kepuasan dagingnya sendiri supaya kita dapat mengalami lebih lagi kuasa Kristus. Ini adalah kuasa yang sama diberikan kepada mereka yang berkemenangan melampaui test penderitaan. (2 Kor.12:9)”Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku”. Penderitaan sedemikian juga dijelaskan oleh Petrus kepada mereka, orang percaya.”Dan janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki, tetapi sebaliknya hendaklah kamu memberkati, karena untuk itulah kamu dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat” (1 Pet.3:9).

MENGEMBANGKAN ROH PENGAMPUNAN

1. Pandanglah orang yang bersalah sebagai alat di dalam tangan-tangan Allah
2. Bersyukurlah kepadaNya atas keuntungan-keuntungan yang Dia rancangkan dari sebuah kesalahan
3. Tentukan karakter apa Allah inginkan kita kembangkan didalam kita melalui sesuatu yang menyakitkan itu
4. Sadarilah bahwa penderitaan itu bagian yang lazim dalam kehidupan kristiani

DUA BERKAT BAGI MEREKA YANG MENGAMPUNI

1. Berkat pertama kepada mereka yang dipersalahkan tapi mengampuninya adalah ekstra takaran anugrah Allah. (Ibr.12:15) “Jagalah supaya jangan ada seorangpun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah”
2. Berkat kedua bagi mereka yang rela dihina adalah Allah merancangkannya untuk kebaikan! (Kej.50:20) “Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar”.



EVALUASI PRIBADI DEMI KELUASAN PENGAMPUNAN

1. Adakah saudara bertujuan dalam hidup untuk mendapatkan kuasa kasih Kristus?
2. Adakah orang-orang yang belum mendapatkan pengampunan saudara secara penuh?
3. Adakah saudara melihat bahwa penghinaan sebagai ujian menuju sukacita abadi?
4. Takutkah saudara bahwa bila saudara mengampuni orang yang bersalah dia tidak belajar dari kesalahannya itu?
5. Percayakah tanggung jawab saudaralah yang membuat orang bersalah kepada saudara itu terhukum?
6. Adakah saudara takut bahwa mengampuni orang yang bersalah memicu dia melakukan kesalahan lagi?
7. Adakah pemikiran orang yang berbuat kesalahan kepada saudara membawa sakit dan melukai saudara?
8. Adakah saudara membandingkan penghinaan terhadap diri saudara dengan tindakan salah saudara yang sedemikian kepada Kristus?
9. Sudahkah saudara cari jalan kembali pada kebajikan terhadap mereka yang jahat terhadap diri saudara?
10. Adakah saudara menggambarkan orang yang bersalah itu juga sebagai orang percaya yang sedang dihubungkan Tuhan sebagai anggota tubuh Kristus, satu dna?